Industri penerbangan di Suriah dan Afghanistan mengalami tantangan berat akibat konflik dan ketidakstabilan politik yang berkepanjangan. Namun, dengan tanda-tanda pemulihan ekonomi dan konektivitas global yang semakin terbuka, ada peluang bagi kedua negara untuk membangun kembali sektor penerbangannya dan bahkan bersaing di tingkat internasional.
Di Suriah, jatuhnya rezim Bashar al-Assad pada akhir 2024 dan dimulainya era kepemimpinan Presiden Ahmad Al Sharaa, membawa perubahan besar dalam industri penerbangan.
Bandara Internasional Damaskus yang sempat ditutup kini kembali beroperasi, dan maskapai nasional seperti Syrian Arab Airlines (Syrianair) serta Cham Wings Airlines mulai melayani rute internasional. Ini merupakan langkah awal dalam pemulihan industri penerbangan di negara tersebut.
Afghanistan juga mengalami dinamika yang serupa. Setelah pemerintahan baru yang dimotori Taliban mengambil alih kekuasaan pada 2021, penerbangan internasional sempat terhenti. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, maskapai nasional seperti Ariana Afghan Airlines dan Kam Air mulai mengaktifkan kembali rute-rute internasional, termasuk penerbangan langsung dari Kabul ke Doha.
Tantangan utama bagi kedua negara adalah membangun kembali kepercayaan maskapai asing dan penumpang internasional. Keamanan menjadi faktor kunci dalam menarik kembali operator internasional dan meningkatkan jumlah wisatawan serta pelaku bisnis yang berkunjung ke kedua negara.
Selain itu, infrastruktur bandara dan sistem navigasi udara perlu ditingkatkan agar memenuhi standar global. Bandara utama di Damaskus dan Kabul harus mendapatkan sertifikasi keamanan internasional serta meningkatkan layanan navigasi udara untuk menarik lebih banyak maskapai asing.
Untuk menjadikan maskapai nasional seperti Syrian Arab Airlines dan Ariana Afghan Airlines sebagai maskapai kelas dunia, modernisasi armada menjadi hal yang krusial. Saat ini, kedua maskapai masih menggunakan pesawat lama yang memerlukan pembaruan guna meningkatkan efisiensi dan kenyamanan penerbangan.
Investasi dalam teknologi dan layanan penumpang juga menjadi langkah penting. Sistem reservasi digital, layanan pelanggan yang lebih baik, serta fasilitas hiburan dalam pesawat adalah aspek yang perlu diperbaiki agar maskapai dapat bersaing di pasar global.
Selain itu, pembentukan kerja sama strategis dengan maskapai internasional dapat membantu maskapai nasional kedua negara memperluas jangkauan mereka. Kemitraan dengan maskapai Timur Tengah seperti Emirates atau Qatar Airways dapat meningkatkan konektivitas dan membuka akses ke lebih banyak destinasi global.
Afghanistan dan Suriah juga dapat memanfaatkan lokasi geografis mereka sebagai hub transit bagi penerbangan internasional. Dengan meningkatnya ketegangan geopolitik di beberapa wilayah, rute penerbangan yang melewati kedua negara bisa menjadi alternatif bagi maskapai global, asalkan faktor keamanannya dapat dijamin.
Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia juga sangat penting. Pilot, teknisi, dan kru kabin yang berkualitas akan meningkatkan daya saing maskapai dan memberikan layanan yang lebih baik bagi penumpang internasional.
Kebijakan pemerintah juga memainkan peran penting dalam mendukung industri penerbangan. Regulasi yang mendukung investasi asing, subsidi bahan bakar penerbangan, dan insentif pajak bagi maskapai yang ingin beroperasi di Suriah dan Afghanistan dapat menarik lebih banyak pemain industri untuk berpartisipasi.
Selain transportasi penumpang, industri kargo udara juga memiliki potensi besar di kedua negara. Dengan meningkatnya kebutuhan logistik regional, pengembangan layanan kargo udara yang efisien bisa menjadi sumber pendapatan baru bagi maskapai nasional.
Penerbangan domestik juga perlu diperkuat. Di Suriah, rute dari Damaskus ke Aleppo dan Latakia harus lebih sering beroperasi untuk mempercepat mobilitas masyarakat. Begitu pula di Afghanistan, penerbangan antara Kabul, Herat, dan Kandahar dapat menjadi tulang punggung konektivitas domestik.
Salah satu skenario agar maskapai nasional kedua negara menjadi kelas dunia adalah dengan bergabung dalam aliansi global seperti Star Alliance atau SkyTeam. Hal ini akan membuka peluang konektivitas internasional dan meningkatkan kepercayaan penumpang terhadap maskapai mereka.
Teknologi digital juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan daya saing maskapai. Penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk manajemen operasional, analisis data penumpang, serta optimalisasi harga tiket dapat membantu maskapai dalam menghadapi persaingan global.
Selain itu, tren keberlanjutan dalam industri penerbangan harus diikuti. Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan serta investasi dalam pesawat berbasis teknologi hijau dapat meningkatkan reputasi maskapai nasional kedua negara di mata dunia.
Pariwisata juga bisa menjadi faktor pendorong industri penerbangan. Suriah, dengan sejarah dan warisan budayanya yang kaya, serta Afghanistan, dengan keindahan alam dan situs sejarahnya, memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan jika kondisi keamanan membaik.
Jika semua skenario ini dijalankan dengan baik, dalam 10 hingga 15 tahun ke depan, maskapai nasional Suriah dan Afghanistan bisa menjadi pemain utama di pasar penerbangan regional dan global.
Meski masih ada banyak tantangan yang harus dihadapi, prospek industri penerbangan di Suriah dan Afghanistan tetap menjanjikan. Dengan strategi yang tepat, bukan tidak mungkin kedua negara ini mampu membangun maskapai kelas dunia dan kembali menjadi pusat konektivitas udara di kawasan mereka.
Dibuat oleh AI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar